Lentera Post – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menegaskan pentingnya penguasaan bahasa isyarat sebagai kunci mewujudkan Indonesia yang inklusif.
Hal itu disampaikan saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi interaktif mengenai masa depan bahasa isyarat “Menuju Ekosistem Komunikasi dan Dunia Kerja yang Inklusif” pada Selasa (26/8/2025).
Menurut Pratikno, inisiatif ini merupakan bagian penting dari upaya pemerintah untuk memastikan setiap warga negara, termasuk penyandang disabilitas, memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses komunikasi dan pengetahuan.
Penggunaan sekaligus pemahaman bahasa isyarat sangat penting, bukan hanya bagi kawan Tuli, melainkan juga seluruh masyarakat.
“Supaya yang tidak ada keterbatasan dengan pendengaran dan wicara juga bisa berkomunikasi dengan mereka yang punya keterbatasan,” kata Pratikno seperti yang dikutip Rabu (27/8/2025).
Dalam konteks bahasa pemersatu, bahwa Bahasa Indonesia telah menjadi alat komunikasi yang menjembatani lebih dari 700 bahasa daerah yang ada di Indonesia, menciptakan kesatuan dalam keberagaman.
Sama halnya, bahasa isyarat berfungsi sebagai bahasa pemersatu bagi komunitas tuli, yang sering kali terisolasi dari masyarakat luas. Pratikno menyebutkan, melalui program Semua Setara, pemerintah mendorong penguatan bahasa isyarat di Indonesia.
Melalui kegiatan ini, Pratikno berharap dapat menghasilkan kesepakatan mengenai arah pengembangan bahasa isyarat di masa mendatang. Ia juga mendorong materi bahasa isyarat menjadi bagian dari kurikulum pendidikan, menjadikannya pengetahuan tambahan bagi calon guru, serta memastikan para pelayan publik juga menguasainya.
“Sehingga tidak ada satu pun orang Indonesia, termasuk komunitas tuli dan tunawicara, yang tereksklusi dari komunikasi, dari pengembangan pengetahuan, maupun dari pelayanan publik. Itu misi dari acara ini,” pungkasnya.