Lentera Post
Fenomena anak muda Indonesia yang gemar menjadi kreator konten kian terlihat jelas di berbagai platform digital. Mulai dari YouTube, Instagram, hingga TikTok, generasi muda memanfaatkan media ini untuk mengekspresikan diri sekaligus memperoleh penghasilan.
Menurut laman Gizmologi https://gizmologi.id/insight/survei-internet-indonesia-2025/, Survei Internet Indonesia 2025 mencatat bahwa tingkat penetrasi internet nasional telah mencapai 80,66%, setara dengan sekitar 229,4 juta jiwa dari total populasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa akses internet telah cukup merata dan menjadi fondasi besar untuk aktivitas digital, termasuk produksi konten.
Lebih lanjut, laman DataReportal (“Digital 2025 — Indonesia”) menyebut bahwa pada awal 2025 terdapat sekitar 212 juta individu pengguna internet, dengan penetrasi online 74,6%. Dari laporan itu juga terlihat bahwa pengguna media sosial aktif mencapai 143 juta, yang berarti platform-platform sosial menjadi sarana utama interaksi digital—baik sebagai pengguna maupun kreator.
“Banyak anak muda yang menjadikan konten digital sebagai sumber pendapatan utama, terutama melalui iklan dan kolaborasi dengan brand,” menurut wawancara yang dikutip dari salah satu laporan industri teknologi 2025. Fenomena ini memperlihatkan bahwa menjadi kreator konten telah berubah statusnya dari sekedar hobi menjadi profesi alternatif yang menjanjikan.
Di sisi lain, meski jumlah pengguna sangat banyak, hambatan masih ada: literasi digital yang belum merata, kualitas jaringan internet di beberapa daerah belum stabil, dan persaingan di platform digital semakin ketat. Faktor-faktor ini menjadi tantangan yang harus dihadapi kreator pemula agar bisa bersaing dengan kreator mapan.
Fenomena tersebut juga berdampak sosial. Kepopuleran kreator konten tidak hanya mengubah cara orang memproduksi dan mengonsumsi konten digital, tapi juga mempengaruhi nilai eksposur sosial—bagi sebagian anak muda menjadi kreator konten identik dengan pengakuan sosial. Namun para ahli memperingatkan bahwa tekanan eksposur ini juga bisa menimbulkan stres atau tuntutan untuk terus tampil sempurna.