Jakarta, Lentera Post – Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Kota Bekasi, Jawa Barat, memberi harapan baru dan menjadi rumah kedua yang memberikan rasa kehangatan keluarga bagi Adelia Eka Tri Septiani (16).
Menjadi siswi SRMA membuatnya merasa memiliki kemewahan karena mendapatkan ranjang sendiri, bahkan sebuah meja tulis kecil.
Sesuatu yang dulu terasa mustahil karena bertahun-tahun ia terbiasa berdesakan di sepetak kamar sempit bersama nenek dan tiga adiknya.
“Saya di sini makan enggak perlu mikir lagi, tinggal makan, tetapi, terkadang saya kepikiran adik saya, adik di rumah makan apa,” kata Adelia dalam keterangan resmi dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang diterima di Jakarta, Minggu (14/9/2025).
Sebagai bentuk rasa syukur, ia mengucapkan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Sosial Saifullah Yusuf atas hadirnya Sekolah Rakyat ketika ditemui Tim Kemensos di Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL), Bekasi.
Di tengah rasa syukur, Adelia terkadang masih diselimuti rasa haru. Ia teringat pada adik-adiknya di rumah, yang setiap hari hanya menyantap telur atau mie instan pendamping nasi.
Kedekatan Adelia dengan adik-adik dan neneknya terjalin sejak sang ibu menikah kembali, sementara sang ayah harus masuk di balik jeruji besi akibat kecanduan narkoba.
Adelia hanya merasakan pelukan neneknya dan memiliki tanggung jawab besar terhadap ketiga adiknya yang masih kecil.
Kehidupan keluarganya sangat bergantung pada usaha kopi dan teh sang nenek yang tak menentu hasilnya. Dalam sehari, keuntungan penjualannya hanya sekitar Rp15-20 ribu per hari. Jumlah itu tentu jauh dari cukup untuk menopang kebutuhan hidup, apalagi membiayai sekolah cucunya.
Meski begitu, kondisi perekonomian yang pas-pasan tak menghalangi nenek dan adik-adiknya untuk sesekali datang menjenguk.
“Kakak di sana semangat ya. Kalau kakak di-bully (dirundung), tenang, aku selalu doain kakak di rumah,” ucap salah satu adik Adelia ketika berkunjung ke Sekolah Rakyat.
Kesempatan menempuh bangku sekolah bagi Adelia datang secara tak terduga. Awalnya, seorang temannya menolak tawaran masuk Sekolah Rakyat. Tanpa pikir panjang, Adelia segera mengambil peluang besar untuk menggantikan sang teman tersebut.
Senang sekali, langsung terbayang akhirnya mimpiku bisa terwujud, bisa melanjutkan sekolah,” katanya dengan mata berbinar.
Bagi Adelia, Sekolah Rakyat hadir sebagai jembatan menuju cita-cita besar menjadi seorang hakim yang selama ini ia genggam erat.
“Cita-citaku ingin jadi hakim karena ayah sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) akibat narkoba, aku ingin menegakkan keadilan,” paparnya.
Adelia juga memiliki mimpi lain, yakni bisa kembali berkumpul dengan ibu, ayah, nenek, dan adik-adiknya lalu mewujudkannya dalam satu bingkai foto keluarga. Bayangan itu kerap hadir di benaknya, namun ia tidak ingin menjadikannya beban.