Lentera Post
Penggunaan layanan paylater kini makin populer di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Banyak orang memilih fitur ini karena bisa membeli barang atau jasa tanpa harus membayar langsung, sehingga transaksi digital terasa lebih mudah.
Katadata mencatat bahwa layanan paylater mendorong lonjakan transaksi digital sepanjang 2025. Kemudahan akses di e-commerce dan transportasi daring membuat masyarakat terbiasa melakukan pembelian dengan sistem cicilan instan.
CNBC Indonesia melaporkan banyak pengguna kesulitan mengendalikan pengeluaran karena paylater. Fitur cicilan memicu pembelian impulsif, sebab konsumen merasa aman menunda pembayaran.
Tagihan bulanan dari paylater sering kali lebih besar dibanding cicilan kartu kredit. Banyak pengguna tidak menghitung pengeluaran dengan benar, sehingga keuangan pribadi menjadi terganggu. Rendahnya literasi finansial semakin memperburuk situasi ini.
Perusahaan fintech tetap memandang paylater sebagai pendorong ekonomi digital. Mereka menyebut layanan ini membuka akses keuangan bagi masyarakat yang belum memiliki kartu kredit atau fasilitas perbankan formal.
Pakar ekonomi menekankan pentingnya keseimbangan. Mereka meminta pemerintah memperkuat regulasi dan memberikan edukasi literasi keuangan agar konsumen tidak terjebak dalam pola konsumtif yang merugikan.
Fenomena paylater menunjukkan perubahan gaya hidup digital di Indonesia. Layanan ini memang memudahkan transaksi dan memperluas inklusi keuangan, tetapi konsumen perlu disiplin agar tidak jatuh dalam jebakan utang jangka panjang.