Lentera Post – Pendidikan dan pelatihan maritim Indonesia kembali mendapat pengakuan internasional. Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) resmi melatih puluhan pelaut dari 13 negara Afrika Barat dan Tengah yang tergabung dalam Maritime Organization of West and Central Africa (MOWCA).
Kegiatan ini menjadi bagian dari kerja sama teknis dengan International Maritime Organization (IMO) melalui skema South-South and Triangular Cooperation, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra aktif dalam pembangunan maritim global. Pelatihan ini mencakup dua program utama, yaitu Training of Trainers (T.O.T) IMO Model Course 6.09 dan Training of Examiners (T.O.E) IMO Model Course 3.12, yang dilaksanakan untuk dua angkatan (batch) dengan total 48 peserta pada setiap program.
Kepala BPSDMP Kemenhub, Djarot Tri Wardhono, menegaskan bahwa kegiatan ini menandai transformasi posisi Indonesia dalam forum IMO, dari penerima manfaat menjadi mitra penyelenggara.
“Diklat ini merupakan langkah nyata Indonesia untuk berkontribusi lebih besar dalam kerja sama internasional, dengan memanfaatkan kepakaran SDM maritim kita untuk mendukung peningkatan kapasitas negara-negara Afrika,” ujar Djarot di Jakarta, dalam siaran persnya yang diterima InfoPublik, Sabtu (18/10/2025).
Menurut Djarot, kegiatan ini didanai melalui hibah kerja sama pembangunan internasional tahun 2025 sebesar Rp18,2 miliar yang dikelola oleh Lembaga Dana Kerjasama Pembangunan Internasional (LDKPI). Program ini merupakan implementasi nyata Asta Cita butir ke-6, yaitu memperkuat diplomasi Indonesia di kancah global melalui kerja sama strategis lintas kawasan, serta butir ke-4 tentang pembangunan sumber daya manusia unggul dan produktif.
Pelatihan ini diikuti oleh peserta dari Kamerun, Republik Demokratik Kongo, Ghana, Guinea Bissau, Sierra Leone, Côte d’Ivoire, Nigeria, Senegal, Angola, Liberia, Gabon, dan The Gambia. Para peserta memperoleh pelatihan berbasis kurikulum IMO yang diakui secara internasional untuk meningkatkan kompetensi instruktur dan penguji pelaut di negaranya masing-masing.
“Ini menjadi langkah awal dalam memperluas jejaring kerja sama Selatan-Selatan dan Triangulasi. Ke depan, kami berharap ada kolaborasi baru yang menjembatani hubungan pendidikan maritim Indonesia dengan negara-negara Afrika,” tambah Djarot.
Kemenhub menilai langkah ini bukan hanya bentuk kontribusi dalam diplomasi pembangunan, tetapi juga investasi jangka panjang untuk memperkuat reputasi Indonesia sebagai pusat pelatihan maritim unggulan di Asia. Dengan pengakuan internasional tersebut, kurikulum dan standar pelatihan kepelautan Indonesia diharapkan menjadi rujukan di tingkat global.