Kemkomdigi Ajak Generasi Muda untuk Menjaga Ruang Digital

Alexander Sabar dalam paparannya pada diskusi Media Connect: Dari Clickbait Jadi Kredibel di Menara Bosowa, Makassar, Kamis (23/10/2025) malam.. Foto: Amiri Yandi/InfoPublik
Alexander Sabar dalam paparannya pada diskusi Media Connect: Dari Clickbait Jadi Kredibel di Menara Bosowa, Makassar, Kamis (23/10/2025) malam.. Foto: Amiri Yandi/InfoPublik

Lentera Post

Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Alexander Sabar mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya para generasi muda untuk menjaga ruang digital agar tetap bersih dari hal-hal negatif.

“Mari jaga ruang digital kita, karena bangsa ini masa depannya ada di tangan generasi muda,” kata Alexander Sabar dalam paparannya pada diskusi Media Connect: Dari Clickbait Jadi Kredibel di Menara Bosowa, Makassar, Kamis (23/10/2025) malam.

Alex, sapaan Alexander Sabar, juga mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati sebelum membagikan informasi di media sosial dengan melakukan pemeriksaan fakta terlebih dahulu. Imbauan itu muncul menyusul maraknya informasi yang cepat tersebar namun belum tentu valid.

Menurut Alex, masalah utama adalah kecenderungan pengguna media sosial yang terlalu mudah melakukan sharing tanpa mengecek sumber informasi. Salah satu contoh yang disorot adalah kabar tentang kebocoran data pribadi melalui SIM card.

Saat ditelaah, kata Alex, hanya ada satu laporan di media online yang mengangkat isu tersebut, sementara media mainstream lain tidak menulisnya. Lebih lanjut, ketika dilakukan pengecekan ke pasar gelap di dark web—tempat biasanya data dijual—data terkait kabar itu tidak ditemukan. Kondisi ini menimbulkan keraguan atas validitas klaim kebocoran tersebut.

“Lakukan cek fakta dulu sebelum membagikan. Cari di media-media mainstream; jangan hanya percaya satu sumber atau unggahan yang viral,” kata Alexander sambil menekankan bahwa proses verifikasi sederhana dapat membantu memfilter informasi palsu atau informasi yang belum terkonfirmasi.

Selain memeriksa sumber, Alext juga mengingatkan agar pengguna berpikir tentang tujuan membagikan sebuah informasi.

“Jika informasi itu tidak memberikan manfaat jelas, pertimbangkan kembali sebelum menekan tombol bagikan. Meskipun informasi tersebut benar, bila tidak berguna atau berpotensi membingungkan publik, menahan diri lebih bijak,” ujar Alex.

Dalam era ponsel, tambah Alex, kebiasaan cepat menekan layar—scroll, lihat, lalu bagikan—dianggap berisiko. “Dahulu saat ramai-ramianya komputer ada istilah think before you click, sekarang zamannya handphone menjadi think before you tap atau secara lebih luas think before share,” jelas Alex.

Alex pun memberikan langkah praktis untuk mengurangi penyebaran informasi keliru, sehingga ruang digital bisa terus bersih dari disinformasi, fitnah dan ujaran kebencian.

Langkah praktis yang direkomendasikan antara lain, periksa kesamaan pemberitaan di beberapa media mainstream; Konfirmasi kebenaran melalui situs resmi atau sumber otoritatif; Jika isu berkaitan dengan data bocor, cek keberadaannya di forum atau pasar tempat data biasanya diperjualbelikan; Pertimbangkan manfaat dan dampak informasi sebelum membagikannya.

“Imbauan ini diharapkan dapat menumbuhkan kebiasaan berbagi yang lebih bertanggung jawab dan membantu menekan laju disinformasi di ruang digital,” tutur Alex.

Pada kesempatan yang sama, Jurnalis Senior Fenty Effendy memaparkan mengenai tantangan media massa dalam menghadapi gerusan media sosial dan digitalisasi.

Menurut Fenty, tingkat akurasi yang tinggi dalam sebuah berita menjadi kunci agar media massa tidak tergerus zaman. Dengan demikian media massa tetap menjadi sumber informasi yang kredibel.

“Dari clickbait jadi kredibel. Itu tema besar diskusi ini. Dari berita yang sensasional, menggoda, viral, tercepat gitu ya. Jadi, bacaan atau informasi yang kredibel yang menjadi panduan, yang akan menghentikan kegaduhan. Harapannya seperti itu ya. Kuncinya ya akurasi berita harus tepat,” kata Fenty.

Fenty menambahkan, kita bisa membayangkan jika ada sebuah berita, yang kita tahu itu mengandung ketidakkuratan, tentunya jika dibiarkan bergulir-bergulir pastinya akan menyesatkan pembacanya. “Jadi, saya sangat mengedepankan pentingnya akurasi sebuah berita,” kata Fenty.
Sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *