Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (3/7/2025), sebagai bagian dari strategi menjadikan Jakarta sebagai kota global yang berdaya saing.
Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyatakan, kerja sama ini tidak hanya fokus pada promosi dan event, tetapi juga pada aspek keberlanjutan, termasuk penanganan sampah di kawasan wisata. “Jakarta adalah wajah Indonesia di mata dunia. Dengan pengelolaan lingkungan yang baik dan SDM pariwisata yang unggul, kami yakin destinasi ini akan semakin menarik wisatawan berkualitas,” ujarnya.
Salah satu program unggulan yang menjadi sorotan adalah Gerakan Wisata Bersih, yang sukses mengumpulkan 3,2 ton sampah di kawasan Kota Tua pada Februari 2025. Melibatkan lebih dari 1.000 relawan, inisiatif ini membuktikan bahwa kolaborasi masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri mampu mengubah tantangan sampah menjadi peluang ekonomi.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menekankan bahwa pengelolaan sampah kini menjadi bagian dari nilai tambah pariwisata. “Dulu sampah dianggap masalah, sekarang justru mendorong kreativitas dan partisipasi warga dalam menjaga kebersihan destinasi,” katanya.
Selain aspek lingkungan, peningkatan SDM pariwisata menjadi fokus utama. Pelatihan bagi pemandu wisata, tenaga kebersihan, dan pelaku usaha kecil diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan, terutama dalam menyambut event internasional Jakarta 2025.
Dengan target kunjungan 14,6–16 juta wisatawan mancanegara dan 1,08 miliar perjalanan wisatawan nusantara, Jakarta membutuhkan kesiapan infrastruktur dan pelayanan yang prima.
Ruang lingkup kerja sama mencakup pengembangan destinasi, penyelenggaraan event dan MICE, serta pertukaran data untuk pemetaan wisata yang lebih akurat. Langkah ini sejalan dengan visi Jakarta sebagai hub pariwisata berkelanjutan yang mengedepankan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Dengan semangat kerja sama pariwisata Jakarta 2025, kolaborasi antara Kemenpar dan DKI Jakarta diharapkan tidak hanya meningkatkan jumlah kunjungan, tetapi juga menciptakan model pengelolaan destinasi yang bisa diadopsi oleh kota-kota lain di Indonesia.
Inisiatif seperti Gerakan Wisata Bersih dan pelatihan SDM menjadi bukti bahwa pariwisata berkualitas dimulai dari komitmen kolektif menjaga lingkungan dan membangun sumber daya yang kompeten.