Angka Buta Aksara Turun Jadi 0,92 Persen, Pemerintah Genjot Program Literasi Nasional

Penuntasan buta aksara masih menjadi pekerjaan rumah penting dalam perjalanan panjang pendidikan Indonesia. Pemerintah menegaskan komitmennya melalui berbagai strategi kolaboratif yang melibatkan sekolah, lembaga pendidikan nonformal, komunitas literasi, hingga dunia usaha (Foto: Dok Kemendikdasmen)

Jakarta, LenteraPost — Penuntasan buta aksara masih menjadi pekerjaan rumah penting dalam perjalanan panjang pendidikan Indonesia.

Untuk itu, pemerintah menegaskan komitmennya melalui berbagai strategi kolaboratif yang melibatkan sekolah, lembaga pendidikan nonformal, komunitas literasi, hingga dunia usaha.

“Penurunan angka buta aksara tiap tahun cukup signifikan. Dalam lima tahun terakhir, angka buta aksara penduduk usia 15—59 tahun turun dari 1,71 persen di 2020 menjadi 0,92 persen pada 2024,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (Dirjen Diksi PKPLK) Kemendikdasmen, Tatang Muttaqin, saat membuka Lokakarya Pendidikan Nonformal dan Informal serta Soft Launching Hari Aksara Internasional (HAI) 2025 di Serpong, Tangerang Selatan, Senin (8/9/2025).

Menurut Tatang, pencapaian tersebut tidak lepas dari kerja sama antara pemerintah, satuan pendidikan, PKBM, TBM, SKB, dan para pegiat literasi di berbagai daerah. Namun, ia menegaskan, tantangan buta aksara dan literasi masih harus diintervensi secara sistematis dan terintegrasi.

“Penuntasan buta aksara adalah tanggung jawab bersama untuk mencapai Indonesia bebas buta aksara. Semua pihak harus bergerak mengajak masyarakat melek baca dan sadar pentingnya literasi,” tegasnya.

Direktur Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI), Baharudin, menyampaikan bahwa tahun ini Direktorat PNFI menghadirkan sejumlah program intervensi.

Di antaranya Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) Keaksaraan 2025, BOP Pemberdayaan Remaja dan Perempuan Dewasa 2025, dukungan bagi relawan literasi, serta Revitalisasi SPNF dan Digitalisasi Pembelajaran.

“Bantuan ini tidak hanya untuk memperkuat literasi dasar, tetapi juga membekali warga belajar dengan keterampilan hidup praktis. Kami juga mendorong peran mitra, relawan, komunitas literasi, dan dunia usaha agar jangkauan program semakin luas,” jelas Baharudin.

PNFI juga menyiapkan rangkaian kegiatan dalam menyambut Hari Aksara Internasional 2025 dengan tema Kesalehan Literasi Digital, Membangun Peradaban. Tema ini menegaskan bahwa literasi bukan sekadar membaca, menulis, dan berhitung, melainkan juga keterampilan memanfaatkan teknologi digital untuk menghadapi era baru.

“Kerja keaksaraan adalah tanggung jawab bersama. Melalui webinar, gebyar PNFI, hingga puncak peringatan HAI 2025, kami ingin membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya literasi digital untuk membentuk peradaban Indonesia yang maju,” pungkasnya.

Upaya kolaboratif ini meneguhkan bahwa literasi adalah fondasi bagi pembangunan manusia Indonesia. Dengan capaian penurunan angka buta aksara yang signifikan, pemerintah menargetkan Indonesia dapat segera bebas dari buta aksara sekaligus melahirkan masyarakat literat yang cakap teknologi, kritis, dan produktif.

(Sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *