Makna History Idul Fitri bersama Pelukan Keluarga yang Hangat

Nashrul Mu'minin

Oleh: Nashrul Mu’minin Content writer Yogyakarta

🤝Salam Ta’zhim dari Keluarga Kami
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Dengan hati yang lapang, keluarga Nashrul Mu’minin di Lamongan selaku Content writer Yogyakarta mengulurkan tangan 

Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nur:22:
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu?”

Rasulullah SAW bersabda (HR. Bukhari):
مَنْ لَمْ يَغْفِرْ لَا يُغْفَرْ لَهُ
“Barangsiapa tidak memaafkan, maka ia tidak akan diampuni.

Silaturahmi: Tradisi yang Mulia”

Di kampung halaman Lamongan, kami menyaksikan indahnya:

  • Anak-anak bersalaman sambil mencium tangan orang tua.
  • Tetangga saling mengantarkan ketupat dan opor
  • Keluarga besar berkumpul di teras rumah, bercerita sambil menikmati kue kering buatan sendiri

Digital Tak Gantikan Kehangatan”

Sebagai content writer di Yogyakarta, saya menyadari:
✓ Pesan maaf virtual penting, tapi pelukan fisik tak tergantikan
✓ Status “mohon maaf” di media sosial baik, tapi maaf langsung lebih bermakna
✓ Teknologi harus memperkuat, bukan menggantikan silaturahmi

Makna Sejati Idul Fitri: Kembali ke Fitrah yang Suci”

Idul Fitri bukan sekadar hari kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh, melainkan momentum untuk menyucikan jiwa dan memperbaiki relasi sosial. Sebagaimana bayi yang lahir dalam keadaan fitrah, kita pun berusaha kembali ke kondisi suci itu dengan saling memaafkan. Di Lamongan, tradisi sungkeman menjadi simbol penyucian diri – anak-anak bersimpuh memohon maaf sambil mencium tangan orang tua, air mata mengalir membasahi pelukan hangat.

Silaturahmi: Jembatan Kasih Sayang Antar Keluarga”

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, Idul Fitri menjadi waktu berharga untuk mengikat kembali hubungan keluarga yang mungkin renggang. Keluarga besar kami di Lamongan selalu menyediakan hari khusus untuk berkumpul – dari kakek-nenek hingga cucu-cicit – saling mengingatkan bahwa darah dan sejarah bersama lebih kuat daripada segala kesalahpahaman. “Maafkan semua salahku selama ini,” menjadi kalimat sakral yang diucapkan sambil berpelukan.

Memupuk Kebersamaan dengan Tetangga dan Sahabat”

Tak hanya keluarga inti, tradisi halal bihalal di kampung kami melibatkan seluruh tetangga. Pagi hari, anak-anak berkeliling membawa kue lebaran buatan ibu, sambil menyampaikan permohonan maaf. Sahabat-sahabat lama yang jarang bertemu pun menyempatkan berkunjung, duduk lesehan di teras sambil bernostalgia dan memperbarui ikatan persahabatan. Inilah hakikat “taqabbalallahu minna wa minkum” yang nyata.

#Puisi Penutup:
Fitrah suci di pagi Idul Fitri…….
Pelukan hangat basahi pipi……
Maafkan semua salah dan khilaf…….
Agar berkah mengalir deras tiada henti….

Dari Studi Kerja di Yogyakarta pulang ke halaman Yaitu Lamongan tercinta penuh makna…..
Semoga silaturahmi ini Menjadi benang merah yang tak terputus🫂

🤝Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H
🙏Mohon maaf lahir dan batin Taqabbalallahu minna wa minkum taqabbal ya karim🙏

🤝Salam hangat
Nashrul Mu’minin
Content Writer Yogyakarta & Kader Muhammadiyah Lamongan

📱 Untuk silaturahmi:
WA: +62 823-2918-9410
IG: @nashrulmuminin919

#KembaliKeFitrah #MaafTulusDariHati #SilaturahmiAbadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *