LenteraPost–Indonesia, sebagai salah satu produsen jagung terbesar di dunia, menghadapi tantangan besar terkait limbah rambut jagung yang seringkali terbuang percuma. Di sisi lain, pasar global menuntut solusi anti-penuaan yang alami dan berkelanjutan. Menghadapi paradoks ini, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dari program studi kesehatan berhasil mengintegrasikan kedua tantangan tersebut menjadi sebuah inovasi solutif yang berpotensi ganda, baik bagi petani maupun industri kosmetik.
Mereka adalah Salwa Hayati Fajri, Sri Jofita Tatu, Lu’lul Aulia Saniah, Selsi Nuryanti, dan Syahda Aulia Tamyiz. Kelima mahasiswa yang tergabung dalam tim Corn Rejuve Nano, berinovasi menciptakan nanospray anti-aging dari limbah rambut jagung dan rimpang kunyit. Nama tim ini melambangkan komitmen mereka untuk mengembalikan kemudaan (rejuvenation) kulit melalui pemanfaatan jagung (corn) dengan teknologi nano.
Inovasi ini didasari oleh keprihatinan mendalam terhadap kesejahteraan petani jagung. Menurut Ketua Tim, Salwa Hayati Fajri, “Proyek ini adalah perwujudan empati kami terhadap para petani. Kami ingin menunjukkan bahwa ilmu bidang farmasi dan kedokteran yang kami pelajari dapat menjadi jembatan untuk mengubah limbah pertanian menjadi sumber daya yang bernilai tinggi, memberikan dampak nyata bagi masyarakat.”
Nanospray ini memanfaatkan senyawa antioksidan dari rambut jagung dan agen regenerasi sel dari rimpang kunyit. Untuk meningkatkan efektivitasnya, mereka menggunakan teknologi canggih Nanostructured Lipid Carrier (NLC). Teknologi nano ini memastikan bahan aktif terserap sempurna ke dalam kulit, mengatasi masalah kelarutan dan penetrasi yang seringkali menjadi kendala pada produk berbasis bahan alam.
Melalui inovasi ini, tim mahasiswa UMY tidak hanya menciptakan produk kecantikan, tetapi juga membuka jalan baru bagi ekonomi sirkular. Mereka berhasil mengubah limbah menjadi produk bernilai ekonomi, berpotensi menciptakan pendapatan tambahan bagi petani. Keberhasilan ini juga menunjukkan potensi besar Indonesia untuk menjadi produsen kosmetik berbasis bahan baku lokal berteknologi tinggi di pasar global.
Prestasi ini mendapat apresiasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen DiktiRistek) Kemendikbud Republik Indonesia melalui pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2025. Hal ini menegaskan komitmen UMY dalam melahirkan inovator muda yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga peka terhadap masalah sosial dan mampu menciptakan solusi yang berkelanjutan.